Beberapa hari lalu, aku bertamu ke rumah sahabat baru. Pertama kalinya setelah hampir setahun mengenalnya. Tiap kali diundang, aku selalu menolak dengan berbagai macam dalih. Saat itu, pada Lebaran hari kedua, aku tidak bisa menolak; memang tibalah waktuku.
embus panas
patah reranting kering
: sengkarut nalar
Aku memasuki rumah yang sangat sederhana: berdinding kayu dan anyaman bambu, berlantai tanah. Dari ruang tamu –yang mejanya berjejal aneka toples berisi jajanan kering pedesaan siap dimakan- aku bisa melihat dapur rumah berhadapan langsung dengan kamar satu-satunya di situ. Keriuhan suasana rumah –walau hanya dia, suami dan putri kecilnya yang menjadi tokoh utama hari itu- membuatku tidak merasakan lagi panasnya kemarau yang menguapkan sebagian besar air di sumur-sumur penduduk.
Menjelang pulang aku baru sadar, selama sejam bertamu, aku hanya disuguh sesloki Fanta merah...