Tentang Rumah Bambu

rumah bambu adalah tempat bekerja menggunakan konsep haibun. penikmat sastra dipersilahkan mampir.

15 Januari 2009

air

Sebelum pindah, jarak antara kamar dan laboratorium –tempat kerjaku- tidak sampai 100meter. Kini jarak itu berubah lebih dari 30 kalinya. Maka penyesuaian yang harus kulakukan adalah bangun lebih pagi agar tidak terlambat sampai di laboratorium. Ternyata, semua tidak berjalan sesuai rencana. Tetap saja aku terlambat karena angkutan pedesaan tidak bisa diprediksi jadwalnya.

Hari pertama pindah aku telat setengah jam dari jadwal meski sudah bangun pagi sejam lebih awal dari biasa.

Hari kedua. Aku memutuskan untuk tidak tergantung angkutan pedesaan. Kupilih jalan kaki dibanding berdiri menunggu. Toh angkutan akan “menyusulku”. Selama perjalanan aku melihat aktifitas penduduk desa. Masih jam 6 pagi saat itu. Anak-anak berkumpul di depan rumah menunggu angkutan yang membawa meeka ke sekolah, ibu-ibu menjemur pakaian yang baru saja dicuci, para lelaki pergi ke kebun atau memikul tong wadah air –kala itu desa sedang kesulitan air bersih. Sangat bersemangat!

Padahal malam sebelumnya aku sempat sebel. Air di kamarku tidak mengalir. Dua hari aku hanya cuci muka agar air untuk menyiram kakus cukup. Sementara aku dimanjakan dengan fasilitas modern di kamar itu. Air! Semuanya tidak berarti tanpa air!

satu per satu
deret hitung merayu
:mengeja berkah

Pagi itu Tuhan membukakan mataku; air dan semangat adalah sumber kehidupan. Air mungkin punah, tapi semangat hanya akan mati bila aku menginginkannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar