Tentang Rumah Bambu

rumah bambu adalah tempat bekerja menggunakan konsep haibun. penikmat sastra dipersilahkan mampir.

28 Januari 2009

bagaimana bisa bersyukur ?

Aku seorang pengusaha; tiba-tiba ada pekerja senior menghadapku, memprotes keputusan terbaikku menyelamatkan perusahaan. Dia termasuk korban keputusan itu kerena usianya dan aku membutuhkan tenaga muda yang lebih bersemangat membarui kultur perusahaan. Semua hak dia sebagai karyawan senior sudah kupenuhi, bahkan lebih dari semestinya karena pengabdiannya yang cukup lama bagi perusahaan.

Yang dia keluhkan adalah alasan keputusanku: tidak terima bila dia dipensiunkan lebih dini karena gajinya terlalu besar...

Puluhan tahun perusahaanku dibangun. Apa yang diberikan perusahaan kepadanya sudah banyak. Bisa kulihat itu pada kehidupan rumah tangganya; aku tahu karena dia jatuh bagun bersamaku membangun perusahaan ini dari nol...

Tapi mustahil aku ikut mengundurkan diri –sebagai bentuk empati dan solidaritas padanya- dari posisi pengambil keputusan di perusahaan ini sebab aku tidak melihat pengganti, yang ada hanya calon-calon CEO tanpa visi. Sementara dia hanya karyawan dan temanku.

Sambil tersenyum kukatakan padanya, “Sekarang apa yang bisa kulakukan supaya hatimu lega?”

tangis petani...
bunuh krisan berkarat
crik kres crik kres

22 Januari 2009

inkonstitusional ?

Undang-Undang Dasar 1945 menggariskan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari APBN. Dalam kenyataannya di daerah, anggaran pendidikan yang telah telanjur dikampanyekan sebesar 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah realisasinya setelah dikurangi komponen gaji pendidik menjadi kurang dari 10 persen dari APBD (Kompas, 21/01/2009).

Sudah barang tentu berita ini sangat mengejutkan, sebab bagaimana mungkin penyelenggara negara melenceng dari apa yang telah digariskan. Apalagi ini tentang pendidikan –yang dalam bahasa para pebisnis- merupakan investasi jangka panjang dan menentukan masa depan bangsa...

Terbayang anak-anak desa yang harus berjalan kaki atau menunggu angkudes menuju sekolah beberapa pagi lalu; apakah semangat mereka harus patah? Mereka boleh tidak tahu bahwa negara tidak cukup uang untuk membiayai pendidikan dan memang mereka hanya perlu tahu bahwa ada kepastian mutu pendidikan yang mereka terima terus meningkat.

jiwa menghamba
hasrat injak horison!
kuncup gugur

19 Januari 2009

dibiarkan sendiri

Mendidik karakter seseorang itu diibaratkan melepas seekor ayam di pekarangan rumah: ayam itu perlahan tapi pasti akan menemukan habit-nya, kebiasaannya. Ayam itu akan segera tahu kapan dan di mana makanan akan dia temukan. Mungkin juga dia bakal tahu jodohnya...

Lepaskan sahabat di tengah kehidupan yang berlainan dengan kebiasaannya yang lama. Kepribadiannya lambat-laun akan terbentuk. Mau menjadi seperti apa kelak, amat tergantung pada pilihan-pilihan dan keputusannya.

tempe semangit
dari busuk ke enak
:beralih bijak

16 Januari 2009

tiba waktunya

Sebuah catatan kecil sejarawan Perancis Henry Peyre tentang Revolusi Perancis: "Filsuf abad ke-18 selain mengajar masyarakat Perancis mengenali kondisi mereka yang menyedihkan, tidak adil dan absurd juga mengajak mereka tidak sudi menyerah pada kepasrahan menerima kesulitan –yang selama ini menjadi karakter nenek moyang mereka. Propaganda filsuf jauh lebih mampu memenuhi kondisi terjadinya revolusi dibanding rasa tidak puas pada kemapanan..."

tetes air
dari plafon asbes!
pak tua gagal

Itu seperti proses pencarian jawaban mengapa apel bisa jatuh. Beruntung bila orang mengenal gravitasi dan biologi tanaman; mereka yang tidak beruntung akan berkata apel jatuh karena sudah saatnya.

Tiap hal pasti mengandung waktu. Apapun itu. Maka agama mengajarkan kita kesabaran dan ketekunan –sebuah perjuangan tiada henti- yang mungkin akan tampak sebagai nrimo yang konotasinya negatif.

pucat dan tua...
mahkota krisan lepas
dari dasarnya

15 Januari 2009

air

Sebelum pindah, jarak antara kamar dan laboratorium –tempat kerjaku- tidak sampai 100meter. Kini jarak itu berubah lebih dari 30 kalinya. Maka penyesuaian yang harus kulakukan adalah bangun lebih pagi agar tidak terlambat sampai di laboratorium. Ternyata, semua tidak berjalan sesuai rencana. Tetap saja aku terlambat karena angkutan pedesaan tidak bisa diprediksi jadwalnya.

Hari pertama pindah aku telat setengah jam dari jadwal meski sudah bangun pagi sejam lebih awal dari biasa.

Hari kedua. Aku memutuskan untuk tidak tergantung angkutan pedesaan. Kupilih jalan kaki dibanding berdiri menunggu. Toh angkutan akan “menyusulku”. Selama perjalanan aku melihat aktifitas penduduk desa. Masih jam 6 pagi saat itu. Anak-anak berkumpul di depan rumah menunggu angkutan yang membawa meeka ke sekolah, ibu-ibu menjemur pakaian yang baru saja dicuci, para lelaki pergi ke kebun atau memikul tong wadah air –kala itu desa sedang kesulitan air bersih. Sangat bersemangat!

Padahal malam sebelumnya aku sempat sebel. Air di kamarku tidak mengalir. Dua hari aku hanya cuci muka agar air untuk menyiram kakus cukup. Sementara aku dimanjakan dengan fasilitas modern di kamar itu. Air! Semuanya tidak berarti tanpa air!

satu per satu
deret hitung merayu
:mengeja berkah

Pagi itu Tuhan membukakan mataku; air dan semangat adalah sumber kehidupan. Air mungkin punah, tapi semangat hanya akan mati bila aku menginginkannya...

12 Januari 2009

dibuang

Dalam perjalanan ke tempat kerja hari ini, aku ada di satu angkudes bersama seorang pembuat tempe. Yang istimewa kulihat dia membawa dua karung (bekas wadah pupuk urea) berisi kucing. Dari eongannya, pastilah dalam karung itu tidak berisi anak-anak kucing saja; ada induk di situ.

Pelan-pelan si tukang tempe mengaku, ia bosan karena rumahnya selalu jadi ruang singgah bagi kucing-kucing blakrakan (liar dan tidak tahu asal-usul kepemilikannya). Hari ini dia akan membuang kucing-kucing itu di pasar. Saat angkudes berhenti di depan pasar untuk menurunkan penumpang, ia membuang karung itu, membuka ikatan talinya dan kucing besar dan kecil keluar berlarian.

Kurasakan betul betapa lega si tukang tempe membuang kucing-kucing itu. Dia tidak perlu memikirkan bagaimana harus memberi makan mereka. Dan terbukalah kerapuhan kita...

mendung subuh-
embun di ujung daun
lelah bergantung

08 Januari 2009

jangan keruhkan!

Situasi krisis menyebabkan suasana berorganisasi menjadi sangat tidak nyaman. Saling melempar tanggung jawab dan mencari kambing hitam menjadi kebiasaan buruk yang kembali kambuh. Setelah beberapa saat, aku menyimpulkan tiap pihak sesungguhnya mencoba menyelamatkan diri.

Pemimpin dalam hal ini tidak boleh panik, meski dia sendiri resah karena tidak tahu jalan keluar terbaik. Malah besar kemungkinan dia jauh lebih cemas dari anak buahnya. “Jika kecemasan dan kepanikan kamu perlihatkan, kamu akan merusak seluruh organisasi,” begitu pesan senior yang berhasil merintis, merawat dan mengembangkan organisasi besar selama puluhan tahun. Telintas, kekuatan apa yang membuatnya bisa seperti itu...

kecipak air
:o, sijingkatku cepat
jauhkan pacet

07 Januari 2009

pindah

Ketika terjadi krisis, aku diperintahkan untuk meninggalkan mess ke sebuah kamar di kantor pusat. Fasilitas di kamar baru jelas lebih enak dan sangat modern dibanding kamar lama. Namun aku sedih harus meninggalkan hutan kecil yang menjadi guru dan pelindungku selama ini. Heran, krisis yang bermula di Amerika harus mengimbas hutan kecilku...

siput air!
bawa seluruh harta
hendak bergegas

Apa yang kualami jelas berkebalikan dengan mantan jutawan Rusia -aku lupa namanya. Dia pernah terimbas krisis dan harus melepas seluruh hartanya untuk melunasi hutang. Sekarang dia hidup tenang di tepi hutan sebagai petani, peternak dan pengrajin kayu. Dengan sisa harta dia bisa mendidik anaknya di rumah dengan memanggil guru privat karena tidak percaya pada sekolah yang hanya mengajarkan korupsi.

Hmm, inilah hidup: aku pilih yang mana?

06 Januari 2009

kemewahan

Dalam bahasa inggris, mewah ditulis luxurious,yang punya kata dasar lux yang berkenaan dengan cahaya. Maka tepat, apa yang mewah hanya berupa tampilan yang terlihat oleh mata. Dan sepertinya, bila aku dihadapkan pada kemewahan, aku akan takjub lalu kalah.

api mengecil...
cuma pendar lembah
di depan langkah

Sebaliknya, aku juga mengalami, hanya sedikit butuh cahaya untuk mampu melihat kemewahan dan keindahan. Terlalu banyak cahaya malah menyilaukan atau menyingkap demikian banyak borok. Itu hanya belaku saat sadar bahwa tidak ada kesempurnaan di muka bumi ini.

05 Januari 2009

sejarah

Hiruk pikuk pergantian tahun telah berlalu. Tersisa sampah di jalanan. Sebuah masa, satu periode pun lewat. Kenangan yang tertinggal berupa foto-foto atau kertas di lemari arsip. Hanya orang beruntung yang mampu memaknai peristiwa itu.

amnesia-
jejak segera lenyap
usai melangkah

Tak ada resolusi pribadi yang muluk-muluk. Sebab apa yang kuraih sampai detik ini sudah sangat luar biasa. Yang belum tercapai secara penuh adalah meraih kesadaran. Sadar sepenuhnya supaya aku tidak punya sebutan pelupa atau pemabuk...