Gerutu semacam ini sering kudengar: “Wah kalau keadaan menjadi sesulit sekarang, mending kembali ke masa lalu” atau “Masa depan selalu lebih buruk dibanding hari ini, percayalah, tidak ada kemajuan!” meski sudah ada kenyataan tiga kali BBM turun. Aku tersenyum, sebab BBM mirip beras sifatnya, secara politis bisa dibuat permainan demi kepentingan kekuasaan. Tentu saja sembari terus mencari hikmah atas apa yang terjadi hari ini.
Maka keluarlah simpulan: kesehatan terbukti sangat mahal, ongkos rumah sakit, obat dan dokter serta biaya perawatan kesehatan melebihi kemampuanku menabung. Dan kupilih berjalan kaki ke kantor daripada naik angkutan pedesaan. Lalu memetik hari ini jauh lebih berharga dibanding berpegang pada prospek masa depan, mengingat ketidak pastian pun berbiaya sangat mahal.
asap naik
tersisa bara sekam
sujud syukur
Mungkin gerutu macam itu adalah rasa pedih yang harus kuterima supaya aku bisa mempercayai ada harapan akan perbaikan.
Tuhan, jadikan aku hamba-Mu yang senantiasa bersyukur.
BalasHapus