Tentang Rumah Bambu

rumah bambu adalah tempat bekerja menggunakan konsep haibun. penikmat sastra dipersilahkan mampir.

28 Januari 2009

bagaimana bisa bersyukur ?

Aku seorang pengusaha; tiba-tiba ada pekerja senior menghadapku, memprotes keputusan terbaikku menyelamatkan perusahaan. Dia termasuk korban keputusan itu kerena usianya dan aku membutuhkan tenaga muda yang lebih bersemangat membarui kultur perusahaan. Semua hak dia sebagai karyawan senior sudah kupenuhi, bahkan lebih dari semestinya karena pengabdiannya yang cukup lama bagi perusahaan.

Yang dia keluhkan adalah alasan keputusanku: tidak terima bila dia dipensiunkan lebih dini karena gajinya terlalu besar...

Puluhan tahun perusahaanku dibangun. Apa yang diberikan perusahaan kepadanya sudah banyak. Bisa kulihat itu pada kehidupan rumah tangganya; aku tahu karena dia jatuh bagun bersamaku membangun perusahaan ini dari nol...

Tapi mustahil aku ikut mengundurkan diri –sebagai bentuk empati dan solidaritas padanya- dari posisi pengambil keputusan di perusahaan ini sebab aku tidak melihat pengganti, yang ada hanya calon-calon CEO tanpa visi. Sementara dia hanya karyawan dan temanku.

Sambil tersenyum kukatakan padanya, “Sekarang apa yang bisa kulakukan supaya hatimu lega?”

tangis petani...
bunuh krisan berkarat
crik kres crik kres

2 komentar:

  1. Baguus sih ..tapi lebih bagus jadikan puisi saja itu kata2 terakhirnya,..

    BalasHapus
  2. tiga baris trakhir itu haiku,vit...
    keseluruhan bangunan posting ini "haibun" namanya.
    aku pun masih belajar menulis haiku dan haibun kok.

    BalasHapus