Tentang Rumah Bambu

rumah bambu adalah tempat bekerja menggunakan konsep haibun. penikmat sastra dipersilahkan mampir.

09 Februari 2009

kegembiraan berjuang

Sudah lebih dari dua minggu aku selalu berjalan seiring, tepatnya berbaris dengan bapak tua penjual rambutan menuju tempat kerjaku. Dari belakang aku melihat caranya berjalan. Sungguh menakjubkan. Akibat beban yang berat untuk ukuran bahunya, seolah yang bisa digerakkan untuk mensiasati beban itu hanyalah pinggang ke bawah. Maka tampaklah dia berjalan seperti atlet jalan cepat.

Dalam hati aku tersenyum geli. Lalu pada pertemuan ke sekian kali aku memberanikan diri berbincang dengannya sambil ia tetap memikul rambutannya. Betapa kagum aku, lebih dari 20 tahun ia berjualan rambutan. Memikul rambutan itu tiap hari! Ia tak tahu sudah berapa kilometer perjalanan yang ditempuhnya. Telapak kakinya sampai bengkok tidak karuan akibat menahan beban dan medan perjalanannya. Dari perbincangan itu tak terasa adanya keluhannya berjualan rambutan.

pasangan tua!
ukir bahu ringkih
memikul salak

Yang mengesan dari bapak tua itu hanya kelegaan, bahwa ia sekarang hanya berjualan rambutan karena anak-anaknya sudah mandiri...

04 Februari 2009

growing pain

Gerutu semacam ini sering kudengar: “Wah kalau keadaan menjadi sesulit sekarang, mending kembali ke masa lalu” atau “Masa depan selalu lebih buruk dibanding hari ini, percayalah, tidak ada kemajuan!” meski sudah ada kenyataan tiga kali BBM turun. Aku tersenyum, sebab BBM mirip beras sifatnya, secara politis bisa dibuat permainan demi kepentingan kekuasaan. Tentu saja sembari terus mencari hikmah atas apa yang terjadi hari ini.

Maka keluarlah simpulan: kesehatan terbukti sangat mahal, ongkos rumah sakit, obat dan dokter serta biaya perawatan kesehatan melebihi kemampuanku menabung. Dan kupilih berjalan kaki ke kantor daripada naik angkutan pedesaan. Lalu memetik hari ini jauh lebih berharga dibanding berpegang pada prospek masa depan, mengingat ketidak pastian pun berbiaya sangat mahal.

asap naik
tersisa bara sekam
sujud syukur

Mungkin gerutu macam itu adalah rasa pedih yang harus kuterima supaya aku bisa mempercayai ada harapan akan perbaikan.