Setelah tragedi zakat di Pasuruan, media massa sepertinya berebut meliput acara pembagian zakat. Untung tragedi itu tidak berulang di tempat lain. Terasa sangat ironis, peristiwa rutin yang membahagiakan harus berakhir dengan duka.
Saya lantas membayangkan peristiwa beberapa bulan sebelumnya saat orang harus antre dan berebut minyak tanah. Tentu saja media tidak mencatat rasan-rasan, gunjingan dan adu mulut para pengantri minyak.
Bahkan setelah itu saya lantas teringat tahun 60-an: juga masih tentang antrean panjang orang mendapatkan kebutuhan hidup. Rentangan waktu yang tercipta sepertinya tidak memberi perbedaan berarti, hanya setting yang berubah.
Dan hidup terus berlangsung...
bayi merah
hangat mentari pagi
dan senyum ibunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar