Akhirnya aku menemukan penyair indonesia yang menulis haiku: Nirwan Dewanto, meski cuma 12 haiku. Apakah puisi Nirwan itu benar-benar haiku,sungguh aku tidak ambil pusing. Yang lebih penting bagiku, adalah kenyataan bahwa haiku bisa berkembang sampai sedemikian jauh. Namun aku tidak memilih haiku kontemporer itu sebagai bentuk ucapan puitisku.
Kenikmatan menulis haiku sebenarnya bukan terletak pada hasil akhirnya sebagai puisi,namun pada proses menulisnya. Observasi,rasa dan bahasa mencapai titik puncaknya. Dan itu bersumber dari kesederhanaan hidup sehari-hari.
Perasaan itu terwakili dari haiku Gabi Greve berikut:
haiku season my everyday lives become poetry
Sama, aku juga sudah baca Jantung Lebah Ratu-nya Nirwan Dewanto, dan mencoba mengunyah haikunya, tapi entah kenapa kok aq kurang menikmatinya yach, berasa beda banget(mgkn karena aku pertama kali mengenal haiku dr karya2 Om Bambu, yg masih berkiblat pakem klasik).
BalasHapusTerima kasih sudah mengenalkanku dgn haiku :)