Tinggal di bangunan yang terpencil, jauh dari permukiman penduduk menjadi persoalan bagi saya yang tidak punya kendaraan sendiri. Sangat menyenangkan bila cuaca cerah, saya bisa berjalan kaki menyusuri setapak untuk ber-anjangsana ke tetangga.
tarian
bayang di kaki dian
kampung halaman
Suatu ketika saya melewati sebuah salon –ini salon di pedesaan dan berada di bawah pohon asam- yang tutup. Menjelang maghrib saat itu. Ada seorang lelaki tua berpakaian lusuh sibuk mengumpulkan ranting kering. Tak berapa lama kemudian dia menyalakan api pada ranting-ranting itu. Jelas dia akan berdiang. Tanpa menghiraukan kehadiran saya di dekatnya, dia bersila dekat api. Selepas maghrib salon itu pasti kembali buka, dan saya yakin dia akan mendapat tempat lain untuk berdiang menghangatkan ingatannya akan masa lalu yang indah…