Tentang Rumah Bambu

rumah bambu adalah tempat bekerja menggunakan konsep haibun. penikmat sastra dipersilahkan mampir.

22 Desember 2008

riuh bensin turun

Ada kegembiraan beberapa hari lalu. Harga bensin dan solar diturunkan. Ada sedikit harapan: tarif angkutan umum juga ikut turun. Secuil perbaikan pada cashflow rumah tanggaku.

Kenyataan sungguh pahit, tarif angkutan tidak serta merta turun seiring penurunan harga bahan bakar minyak; tentu saja dengan alasan yang sangat masuk akal. Bahkan LPG kemasan 3 kg pun langka. Lalu aku pun hanya bisa memaklumi saat wapres mengakui adanya kelemahan dalam keputusan konversi minyak tanah ke LPG. Lebih tajam lagi komentar menteri Energi dan Sumber Daya Mineral : pemerintah kedodoran dalam distribusi...

kopi tubruk
nikmat samarkan sangit...
hilangnya minyak

18 Desember 2008

sepatu vs wajah

Sepatu letaknya paling bawah, sangat dekat dengan perkara-perkara kotor. Maka dia selalu ditinggalkan di luar bila kita ingin masuk ruangan yang bersih dan pemilik ruangan itu sangat kita hormati.

Wajah berada di atas, dilengkapi dengan bermacam indera untuk mengenali dunia. Di puncaknya sering bertengger mahkota kemuliaan. Dialah jendela kemanusiaan.

Namun, di Irak, wajah Bush dilempari sepatu. Jelas ini penghinaan besar. Apalagi itu dilakukan oleh seorang jurnalis yang dalam tuntutan profesinya selalu menghargai dua pihak, dengan kata lain: tidak memihak. Aku mengerti kekesalan sang jurnalis. Sangat mengerti.

lahad basah:
pembunuh dan korbannya
baku damai

Bush jumawa dengan perkataannya setelah dilempari sepatu. Cuma di satu tempat saja ia bisa diampuni.

12 Desember 2008

puas

Seorang pengusaha sukses, yang telah berkali-kali menyelamatkan sejumlah perusahaan yang terus merugi menjadi perusahaan yang membukukan laba besar, mengaku rindu suasana tenang pedesaan. Tiada stres, katanya. Dia ingin menikmati sisa hidupnya setelah mampu berpenghasilan seratusan juta tiap bulan. Dua anaknya pun mampu merantau sampai benua Eropa. Tidak ada lagi yang dua cari.

malam hangat:
nyenyak tanpa nyamuk
usai pesta kupat

Keterpencilan tinggal di hutan kecil ternyata berbuah manis: yang kudapat hari ini ternyata sangat tinggi nilainya! Untuk mendapatkan suasana dekat dengan alam butuh perjalanan sangat panjang: menjadi pengusaha sukses terlebih dulu. Sementara aku hanya perlu merasakan saja keberadaan di hutan kecilku...

11 Desember 2008

pergi dari rumah

Berita menggembirakan: seorang kawan memutuskan menjual sepeda motor kesayangannya untuk membayar uang muka rumah sederhana. Pada saat itu dia sudah berputri umur 3 tahunan. Sebuah keputusan tepat menurutku.

rumput angin
bebas tanah jerap lembab...
hidup mandiri

Selama ini dia dan keluarganya hidup seatap dengan mertua. Tentu dengan segala konsekuensinya. Tiga tahun lamanya dia harus mengalami ketidaknyamanan sehingga akhirnya dia membuat keputusan itu. Memang, jarak (umur,pengalaman) antara dia dan mertuanya terbentang sangat jauh. Dan itu bukan kesalahan siapa-siapa,keputusan harus segera diambil supaya konflik yang tidak perlu di masa depan gugur dengan sendirinya.

Aku ikut berbahagia sambil menanti undangan makan-makan atau mendapat kiriman kue-kue darinya...

10 Desember 2008

aliran perubahan

Pemimpin bisa saja silih berganti. Saling memberi warna baru pada organisasi,memberi harapan pada wajah-wajah letih yang putus asa

sungai keruh
deras penuh lumpur...
tawa di hulu

Pemimpin baru memang membawa perubahan. Mimpi-mimpi anak buah dihidupkan lagi,pun cita mereka yang sempat kandas mampu berlayar lagi. Masa depan kembali cerah.

Bagi beberapa orang perubahan itu sebagai cambuk:mereka bekerja lebih disiplin dan mempertontonkan kinerja super. Dan dengarlah,ada decak kagum saat tahu bahwa semua itu singkat umurnya. Daya tahan minim dan cambuk –kali ini cambuk sungguh- akan kembali dilecutkan.

05 Desember 2008

pagi

Barangkali akibat perasaan tidak enak,setelah merasakan peluang terjadinya sandyakala perusahaan, sahabatku mulai rajin menulis,membaca;pendeknya kembali mengunyah kata-kata. Seolah energi untuk kreatif menulis kembali muncul

Aku ketularan energi itu Di saat bersamaan,aku terantuk kolom Jalaludin Rahmat di Tempo 12 Oktober 2008. Ia mengutip Dostoyevski, The Brother Karamasov: “Ada tiga kekuatan,dan hanya tiga yang dapat menaklukkan dan melumpuhkan semangat para pemberontak ini: mukjijat, misteri dan otoritas,”

tajuk resik
kerlip nur keemasan
:kemenanganku

Benar,ketiganya memang mampu melumpuhkan. Mari kita periksa. Saat bangun pagi,kita disadarkan bahwa ada otoritas di luar diri yang mampu menggugah kita dari tidur;itu jelas mukjijat,karena tak terperi dan merupakan misteri karena tak terselami. Mengapa kita bangun dari tidur?

Dan aku akhirnya menyerah. Kuberikan hidupku hari itu pada penyelenggaraanNya. Sebagai ciptaan,aku hanya berkewajiban melakukan yang terbaik untuk membayar hari baru yang dianugerahkan padaku. Hasil dari jerih payahku bukanlah milikku. Pemberontak,yang tak lain aku sendiri,bahkan tidak punya otoritas sama sekali.

04 Desember 2008

mendamba air

Akankah si miskin tertarik pada pencarian hakikat hidup seperti yang dilakukan eksekutif muda berkelimpahan di kota-kota besar ketika mereka kehilangan makna hidup?

mahoni besar
gugur dedaunnya...
aku haus

Semestinya,sama dengan kaum urban sukses itu,si miskin tidak punya keterikatan besar kepada benda-benda. Fokus mereka akan beralih ke perkara-perkara rohani yang transenden.

Namun harus disadari: apa yang semestinya amat berbeda dengan apa yang senyatanya! Kaum miskin sangat disibukkan dengan urusan mengisi perut,bahkan harus mempertaruhkan nyawa untuk itu.

Alangkah indahnya, dalam kemiskinan Tuhan dapat ditemui. Seandainya...